Rabu, 02 Juli 2014

sisitem pencernaan kuda



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Kuda (Equus caballus atau Equus jerus Caballus) telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai hewan piaraan, hewan olah raga ataupun sebagai sarana transportasi. Hal ini disebabkan karena kuda adalah hewan yang mudah diatur, dikendalikan, dan ramah terhadap mahluk sekitarnya termasuk manusia (Wikipedia, 2012)
            Populasi ternak di Indonesia mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa jenis ternak yang mengalami penurunan. Kuda merupakan salah satu ternak yang mengalami penurunan populasi. Penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak digantikan oleh kendaraan bermotor, selain tingginya angka pemotongan kuda sebagai sumber pangan. Angka pemotongan kuda sebagai sumber daging di Indonesia cukup tinggi. Penurunan populasi kuda ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di Amerika Serikat sampai tahun 1960 juga mengalami penurunan populasi kuda, karena terjadi mekanisasi dalam bidang transportasi dan pertanian. Kemudian populasi kuda mengalami  kenaikan setelah terjadi peningkatan kegiatan olahraga dan rekreasi menggunakan kuda (Cunha, 1991). Peranan kuda di masyarakat antara lain sebagai sumber pangan, alat transportasi, olah raga atau rekrasi, untuk pertanian, dan untuk perang. Dua dari tiga peranan utama kuda masih sangat jelas di masyarakat Lombok Barat. Hal ini ditunjukkan oleh  banyaknya jumlah Cidomo sebagai alat transportasi. Di beberapa kecamatan yang berada wilayah Lombok Barat  kuda masih merupakan alat transportasi yang cukup penting. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) Populasi ternak kuda di Lombok barat Barat masih relatif tinggi. Jumlah populasi kuda untuk wilayah Lombok Barat yaitu 4.950 ekor (2006), 5.152 ekor (2007), 4.886 ekor (2008), 3.985 ekor (2009) dan 4.225 ekor (2010).
Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora nonruminansia grup colon fermentor. Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan fermentasi. Pakan yang tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat, masuk ke usus besar untuk difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir sama seperti di rumen pada ternak ruminansia (Cheeke, 1999). Kuda sebagai ternak herbivora, merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan. Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda (Gibbs dan Davidson, 1992). Performan yang dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas hijauan, dimana hijauan yang mempunyai kualitas baik akan menghasilkan performan kuda yang bagus pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang bagus perlu adanya evaluasi dan penentuan kualitas hijauan pakan kuda (Guay et al., 2002).
            Sedangkan di Indonesia, informasi tentang jenis, nilai nutrisi dan penggunaan hijauan sebagai pakan kuda sangat terbatas. Bahkan Parakkasi (1988) menyatakan bahwa di Indonesia dan daerah tropis lainnya belum diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang menonjol kualitasnya, terutama untuk pakan kuda. Hal ini bisa disebabkan masih kurangnya eksplorasi dan identifikasi sumberdaya genetik (Plasma Nutfah) hijauan yang ada. Padahal untuk mengembangkan peternakan yang mempunyai dayasaing diperlukan pemanfaatan sumberdaya lokal yang mempunyai nilai lebih. Salah satunya adalah pemanfaatan hijauan yang mempunyai kualitas nutrisi yang baik dan telah beradaptasi dengan kondisi iklim setempat. Menurut Chambliss dan Jhonson (2002) yang penting dalam pengembangan hijauan pakan kuda perlu mempertimbangkan adaptasi tanaman terhadap kondisi tanah dan iklim.  Informasi tentang jenis hijauan lokal Indonesia dan kandungan nutrisinya yang potensial untuk dikembangkan sebagai pakan kuda hampir belum ada. Hal ini yang mendorong dilakukan penelitian ini, sebagai suatu usaha penambahan ilmu pengetahuan dalam pengembangan peternakan yang berbasis pada sumberdaya lokal.

1.2  Tujuan dan Manfaat
a.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1.    Agar mahasiswa mengetahui dan memahami alat-alat pencernaan dan apa saja yang terjadi didalam alat pencernaan ternak non ruminansia
2.    Agar mahasiswa mengetahui fungsi-fungsi dari alat pencernaan ternak non ruminansia
b. Mamfaat
1.    Mahasiswa mengetahui apa saja alat pencernaan non ruminansia
2.    Mahasiswa memahami apa saja yang terjadi pada proses pencernaan ternak non ruminansia
3.    Mahasiswa mengetahui jalur ingesta pada alat pencernaan ternak non ruminansia.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Kuda
Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda berdiri pada satu kuku sehingga dimasukan dalam ordo perissodactyl. Dalam hal kekerabatan kuda memiliki kesatuan nenek moyang dengan tapir dan badak. Kuda merupakan satu dari hewana modern paling sukses dari genus Equus, hal tersebut dikarenakan kemampuannya dalam bertahan hidup dari seleksi alam dan kemampuannya dalam berevolusi yang sangat baik (Anonim, 2011a).
2.2.  Klasifikasi
Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar. Kuda domestikasi (Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara manusia untuk digunakan dan diambil manfaatnya. Sedangkan kuda liar (Equus ferus Caballus) adalah kuda yang masih hidup di alam liar (Kidd, 1985).
Klasifikasi kuda domestikasi dan kuda liar secara ilmiah berdasarkan aturan penamaan linaeus (1785) yaitu : kingdom Animalia, kelas Mamalia, ordo Perrissocdactyla, family Equidae, genus Equus, spesies Equus caballus untuk kuda domestic dan Equus ferus Caballus untuk kuda liar.
Pengelompokan kuda kemudian berkembang pesat berdasarkan berbagai hal seperti kemampuan dalam beraktivitas yaitu cold Blood, Hot blood dan warm blood, berdasarkan ukuran tubuh seperti light horses, draught horses dan ponies (kacker, 1996), jenis aktifitas seperti work horses dan sport horses, asal daerah seperti kuda arab, kuda eropa, kuda asia, dan kuda amerika. Pengelompokan terakhir adalah berdasarkan breed, yaitu kuda yang dikawin silangkan dengan kuda jenis lain dan dihasilakn kuda jenis baru yang berkualitas baik. Breed yang terkenal antara lain Arab, Throughbred, Anglo-arab dan Shire (Kidd 1985 dan Drummond 1988).
Begitu banyak jenis kuda di dunia , kuda arab dapat dianggap sebagai cikal bakal berbagai jenis kuda di dunia. Menurut keterangan marco polo saat berkunjung ke India tahun 1290. Para sultan di india telah menyebarluaskan kuda arab ke berbagai Negara lain di asia. Salah satu caranya adalah melalui hadiah perkawinan. Melalui ekspansi tentara arab ke berbagai penjuru Negara pada awal abad pertengahan, maka kuda arab menyebar ke berbagi penjuru dunia. Kuda arab tersebut kemudian dikawin silangkan dengan kuda lokal di daerah masing-masing Negara. Sampai saat ini telah dikenal lima ekor kuda pejantan arab yang terkemuka, masing-masing bernama the byerley Turk (1684), The Leeds Arabian (1965), the dardley Arabian (1700), the alcock Arabian (1704), dan the godolphin arabian (1730). Nama dari kuda pejantan ini akan kita temukan pada silsilah keturunan kuda jenis Throughbred yang tersebar di seluruh dunia (Soehardjono, 1990).
2.3.  Kuda Indonesia
Kuda yang terdapat di wilayah asia tenggara termasuk ke dalam ras timur karena memiliki bentuk tengkorak yang kecil. Hal tersebut berbeda dengan kuda ras eropa yang memiliki tengkorak kepala yang besar. Melihat bentuk wajahnya, kuda ras timur diduga merupakan keturunan kuda mongol. Kuda mongol diperkirakan merupakan keturunan jenis kuda przewalski yang ditemukan tahun 1879 di asia tengah (Soehardjono, 1990).
Keadaan fisik kuda yang terdapat di Indonesia beraneka ragam karena dipengaruhi oleh keadaan geografis wilayahnya. Kuda-kuda di Indonesia memiliki ukuran tubuh yang tidaklah terlalu besar yaitu bertinggi badan 1,13 m hingga 1,33 m, hal ini disebabkan karena Indonesia berada di daerah beriklim tropis (Soehardjono, 1990). Dari ukuran tersebut maka kuda Indonesia termasuk kedalam jenis kuda poni.
Menurut Soehardjono (1990) terdapat dua jenis ras kuda local di Indonesia. Jenis pertama dikenal dengan nama kuda batak dan jenis kedua dikenal dengan nama kuda sandel (Sandel Wood) atau kuda timur. Kedua jenis kuda poni ini memiliki ukuran yang sama yaitu antara 114-123 cm. kedua jenis kuda ini memiliki kesamaan pada warna maupun bentuk. Umumnya keduanya berwarna coklat, coklat tua, sampai kemerahan dengan rambut ekor dan kaki bagian bawah berwarna hitam. Bagian kepala berukuran agak besar dengan leher lebar dan pendek, sedangkan rambut kepala kasar dan berdiri. Bagian kakinya berbentuk langsing dan berbulu pada bagian persendian.
Di Indonesia kuda digunakan sebagai hewan transportasi, bahkan di beberapa daerah di  pulau jawa kuda digunakan untuk menarik kereta yang biasa disebut sebagai Delman. Delman sendiri di definisiakan sebagai kereta yang dapat diisi/dinaiki 4-5 orang dan ditarik oleh satu ekor kuda (Anonim, 2010b)
2.4.  Alat pencernaan kuda
Pencernaan merupakan rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan makanan didalam alat pencernaan. Proses pencernaan pada ternak non ruminansia relatif lebih sederhana dibandingkan dengan proses pencernaan pada ternak lainnya.
Kuda dan bangsa kuda lainnya yang termasuk dalam genus equus telah mengalami adaptasi terhadap lingkungan dengan makan dalam jumlah sedikit sepanjang hari. Di alam bebas kuda merumput di padang rumput dan menempu jarak cukup jauh agar dapat memperoleh nutrisi yang cukup. Oleh karena itu sistem pencernaan kuda berjalan optimal bila pakan yang masuk jumlahnya sedikit namun kontinyu sepanjang hari.

Proses pemecahan pakan yang terjadi di mulut sampai ambung serupa dengan yang terjadi pada babi. Perbedaan mulai terdapat pada bagian sekum. Disini terjadi proses fermentasi atau pemecahan serat kasar yang cukup efisien sehingga kuda dapat mencerna pakan hijauan seperti rumput. (Bowen, 1996) 
Gambar 1. Bagia-bagian dari sistem pencernaan kuda dengan ukuran dan kapasits






BAB III
MATERI DAN METODE
3.1  Materi Praktikum
a.  Alat-alat.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-       Timbangan
-       Plastik
-       Pisau
-       Alat ukur
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-       Alat organ kuda jantan
3.2  Metode praktikum
a.    Sediakan saluran pencernaan kuda mulai dari esopagus sampai rectum pada    meja praktikum.
b.    Perhatikan dan lihat alat-alat pencernaan tersebut hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada kuda satu per satu.
c.    Perhatikan bagian-bagian dan isi saluran pencernaan tersebut secara krolologis mulai dari esopgalus sampai rectum yang merupakan proses fisiologik terjadi.
d.   Perhatikan satu persatu jalur ingesta yang telah ditandai nomor dan penjelasan.
e.    Pelajarilah fungsi dari tiap alat pencernaan kuda, jika tidak ada yang mengerti praktikan bisa menanyakan pada dosen.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Praktikum
Tabel 1. Data saluran dan organ pencernaan kuda
Umur kuda                         : 3,5 tahun
Perkiraan bobot badan       : 125 kg
Jenis kelamin                      : jantan
Bobot total alat dan organ : 28,8 kg
  N
  o
Bagian/organ
Bobot (kg)
Panjang (cm)
Lingkar/lebar
Deskripsi isi
1
Kerongkongan
0,6
62
4,5

2
Lambung
1
38,5
28
B = Kayak parutan kelapa
W = Hijau kekuningan
T = Kasar dan kering
3
Usus halus
D = 5
J = 8
T = 5

3,3

11,33

6

B = Agak lembut
W = Hijau tua
T = Halus dan lembut
4
Caecum
U = 46
T = 56
A = 48,5

21,2

274

50,2

B = Kasar (lolos dari usus)
W = Hijau mudah
T = Kasar dan hijau berair
5
Usus besar-anus
17,5
13,5
12,5

2,1

165

14,5

B = Sangat kasar
W = Hijau gelap
T = Kering
6
Asesoris :
Hati
1,5
30
19
B = Normal
W = Merah hati
T = Halus



Gambar 2. Sistem pencernaan dan bagian-bagian alat pencernaan kuda

4.2  Pembahasan Praktikum
a.    Sistem Pencernaan
Kuda merupakan ternak Non ruminansia. Hal ini disebabkan oleh sistem pencernaan enzimatik terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pencernaan fermentatif. Kuda memiliki kemampuan untuk memanfaatkan hijauan dalam jumlah yang cukup dengan proses fermentatif di bagian caecum. Saluran pencernaan kuda memiliki ciri khusus yaitu ukuran kapasitas saluran pencernaan bagian belakang lebih besar di bandingkan bagian belakang. Alat pencernaan adalah organ-organ yang langsung berhubungan dengan penerimaan, pencernaan bahan pakan dan pengeluaran sisa pencernaan atau metabolisme.
Gambar 3. Bagian-bagian dari sistem pencernaan kuda

Berikut penjelasan secara umum maupun khusus dari alat dan fungsi pencernaan kuda:
·      Rongga Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari sistem penmcernaan yang mempunyai 3 fungsi yaitu mengambil pakan, pengunyahan secara mekanik dan pembasahan pakan dengan saliva. Di dalam rongga mulut terdapat organ pelengkap yaitu lidah, gigi, dan saliva. Lidah merupakan alat pencernaan mekanik. Kuda dapat menyeleksi pakan yang dimakan dikarenakan adanya bungkul-bungkul pengecap pada lidah dan terbanyak terdapat di daerah dorsum lidah dibandingkan bagian lain dengan cara merasakan pakan yang dimakan. Gigi adalah organ pelengkap yang secara mekanik relative kuat untuk memulai proses pencernaan. Gigi juga digunakan untuk menentukan umur umur dengan melihat : penyembulan (erupsi), pergantian sementara, bentuk dan dan derajat keausan gigi. Saliva kuda mengandung elektrolit utama yaitu Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO2-, HPO4- serta tidak atau sedikit sekali mengandung amylase. Saliva dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar yaitu kelenjar parotis, kelenjar mandibularis, kelenjar sublingualis. Saliva berfungsi sebagai pelicin dalam mengunyah dan menelan pakan dengan adanya mucin, mengatur temperatur rongga mulut, pelindung mukosa mulut dan detoksikasi.
·      Pharynx dan Esofagus
Pharynx adalah penyambung rongga mulut dan esophagus. Esophagus kuda mempunyai panjang 62 cm, lingkar/lebar lambung kuda 4,5 cm dan berat lambung kuda 0,6 kg. Pada pharynx dan esofagus tidak terjadi pencernaan yang berarti. Esofagus membawa pakan dari mulut ke lambung. Esofagus letaknya membentuk sudut curam sehingga membentuk katup satu arah dengan mekanisme menutup sangat kuat sehingga hampir tidak mungkin bagi kuda untuk memuntahkan kembali pakan yang telah masuk lambung. Oleh karena itu lambung dapat terganggu konsumsi pakan berlebihan. Esofagus juga merupakan segmen sistem pencernaan dimana kuda juga dapat terdesak.

·      Lambung
Lambung kuda relatif lebih kecil dibandingkan ternak lain terutama ternak ternak ruminansia. Kuda jantan yang berumur 3,5 tahun dengan perkiraan bobot badan 125 kg dan bobot total alat organ 28,8 kg mempunyai bobot lambung 1 kg, panjang lambung 38,5 cm, lingkar/lebar lambung 28 cm. Lambung kuda mempunyai bentuk seperti parutan kelapa, isi lambung kuda berwarna hijau kekuningan dan tekstur pada lambung kuda kasar dan kering.
Kapasitas lambung kuda antara 8 -15 liter atau hanya 9% dari total kapasitas saluran pencernaan. Proses pencernaan yang terjadi di daerah lambung tidak sempurna dikarenakan aktivitas mikroorganisme sangat terbatas dimana populasi bakteri relati rendah, waktu tinggal pakan di lambung hanya sebentar sekitar 30menit, dan hasil proses fermentatif adalah asam laaktat bukan VFA.

Gambar 4. Isi lambung kuda jantan
·      Usus halus
Usus halus merupakan tempat utama untuk mencerna karbohidrat, protein dan lemak serta tempat absorbsi vitamin dan mineral. Kapasitas usus halus adalah 30%.dari seluruh kapasitas saluran pencernaan kuda. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu: duodenum, jejenum, dan ileum. Proses pencernaan di usus halus adalah proses pencernaan enzimatik. Beberapa enzim tersebut adalah peptidase, dipeptidase, amylase, dan lipase.
Usus halus pada kuda mempunyai berat 3,3 kg, panjang usus halus pada kuda 11,33 cm dan mempunyai lingkar/lebar 6 cm. Secara anatomi usus halus pada kuda dibagia menjadi tiga bagian yaitu duodenum yang mempunyai lebar 3 cm, jejenum mempunyai lebar 8 cm dan ileum mempunyai lebar 5 cm.  Di dalam usus halus akan disekresikan cairan duodenum, empedu, cairan pancreas dan cairan usus.
Kelenjar duodenum menghasilkan sekresi alkali yang masuk ke dalam saluran diantara villi dan cairang ini berfungsi sebagai pelicin. Cairan ini juga berperan melindungi duodenum dari pengaruh asam yang masuk ke dalam lambung.
Sejumlah enzim disekresi di berbagai saluran usus. Ada tiga golongan enzim yang disekresi oleh tractus digestivus, yaitu karbohidrase, protease dan lipase.
Karbohidrase bekerja pada pertautan glikosidik antara unit mono-sakarida. Α –Amilase menghidrolisis pertautan pati 1,4 glikosidik dan glikogen. Jenis karbohidrase antara lain yaitu sukrase, maltase, lactase.
Enzim protease menghidrolisis pertautan peptida. Jenis enzim ini yaitu pepsin, rennin, tripsin, khimotripsin, karboksi peptidase, aminopeptidase, dipeptidase. Enzim-enzim tersebut menghidrolisis protein dan peptida tertentu ke dalam bentuk asam amino.
Enzim lipase disekresi getah pancreas, menghidrolisis lemak ke dalam bentuk monogliserida dan asam lemak. Terdapat pula sejumlah hidrolisis lengkap ke dalam asam lemak dan gliserol yang sangat terbatas.
Pankreas terletak di lekukan duodenum dan cairan disekresikan masuk duodenum melalui duktus pankreatikus. Bila zat-zat asam dari lambung masuk ke dalam duodenum, epitel usus akan mengeluarkan hormon yang masuk kedalam pembuluh. Hormon ini mensekresikan sekretin yang merangsang pancreas untuk mengeluarkan cairan ion bikarbonat yang berkadar tinggi untuk menetralisis asam lambung. Keadaan ini akan merangsang hormon lain yaitu pankreozimin yang dikeluarkan mukosa usus, terutama karena pengaruh peptide yang masuk ke dalam duodenum merangsang pancreas untuk menghasilkan proenzim dan enzim juga termasuk tripsinogen, kimotripsinogen, prokarboksipeptidase, alfa amilase, lipase, lesitinase dan nuclease.
Enterokinase adalah enzim yang dihasilkan mukosa usus duodenum yang mengubag zimogen dan tripsinogen yang belum aktif menjadi tripsin yang aktif yang akan mengurai ikatan peptida. Ikatan peptide yang diuraikan adalah mempunyai gugus karboksil dari lisin dan arginin dan gugus karboksil dari asam-asam amino aromatik. Karboksipeptidase juga diaktifkan oleh tripsin yang akan mengurai ikatan peptida dari rantai akhir dengan memisahkan asam amino terminal yang mempunyai gugus karboksil bebas.
Lipase pancreas terlibat dalam hidrolisis lemak. Lemak meninggalkan lambung dalam bentuk globule-globule besar dan sangat sukar dihidrolisis. Tetapi globule besar ini diemulsi oleh garam empedu yang membantu lipase memghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Lesitin dihidrolisis oleh lesitinase menjadi asam-asam lemak, gliserol, H3PO4 dan kholin.
a.      
Isi jejenum
b.     
Isi ilium
c.      
Isi duodenum
Gambar 5. Isi bagian-bagian usus halus 






















·      Caecum
Usus buntu atau yang di sebut dengan caecum terdapat pada hewan herbivora dan karnivora, sedangkan pada kuda ( non ruminansia ) usus buntu hanya berperan sebagai tempat fermentasi. Terdapat gerakan penduler (mencampur) penyerapan dapat maksimal.
Usus buntu atau caecum pada kuda jantan yang berumur 3,5 tahun mempunyai berat 21,2 kg, panjang caecum pada kuda 274 cm dan lebar caecum pada kuda 50,2 cm.  Isi caecum pada kuda mempunyai bentuk kasar (lolos dari usus), warna isi caecum pada kuda hijau mudah dan tekstur isi caecum sangat kasar dan tidak berair.
Caecum pada hewan herbivora lebih besar dibandingkan hewan karnivora. Hal ini disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaannya berlangsung dengan cepat. Caecum pada kuda hanya berperan sebagai tempat fermentasi, disini terdapat gerakan penduler (mencampur) panyerapan dapat maksimal. Setiap 3 sampai 8 jam caecum akan berkontraksi dan memaksa material yang ada di dalamnya untuk kembali ke usus besar, dimana sisa-sisa tersebut akan dilapisi oleh lendir, dan berpindah ke anus dan sisa proses absorbsi tersebut akan menjadi kotoran. Caecum Berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabuabuan. Dalam coecum makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat dan butirat.

Gambar 6. Isi usus buntu (caecum) kuda jantan


·      Usus Besar
Berat usus besar pada kuda jantan 2,5 kg, panjang usus besar sampai anus 165 cm dan lingkar/lebar usus besar kuda jantan14,5 cm. Sedangkan deskripsi isi usus besar kuda jantan mempunyai bentuk normal, warna hijau gelap dan tekstur kering. Usus besar terdiri dari beberapa bagian antara lain caecum, colon dan rectum. Caecum pada kuda hanya berperan sebagai tempat fermentasi, disini terdapat gerakan penduler (mencampur) panyerapan dapat maksimal. Setiap 3 sampai 8 jam caecum akan berkontraksi dan memaksa material yang ada di dalamnya untuk kembali ke usus besar, dimana sisa-sisa tersebut akan dilapisi oleh lendir, dan berpindah ke anus dan sisa proses absorbsi tersebut akan menjadi kotoran. Caecum Berbentuk seperti kantung berwarna hijau mudah. Dalam coecum makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat dan butirat. Colon mempunyai ukuran 13,5 cm yang lebih besar dari pada usus halus dan terdapat sakulasi (kantong-kantong). Disini juga terjadi proses fermentasi dan absorbs air dan elektrolit secara intensif dan colon ini juga sedikit menggunakan gerakan peristaltic. Rectum merupakan kelanjutan dari colon dan membentuk feses dan penyimpanan sementara sebelum dikeluarkan melalui anus (rektum berakhir sebagai anus). Feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa makanan yang tidak tercerna. Cairan dari tractus digestivus, sel-sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik, stearol dan hasil dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus.
Caecum dan colon memiliki kapasitas 60% dari keseluruhan saluran pencernaan yang mempunyai fungsi 1) tempat fermentasi dengan hasil berupa VFA, 2) Sintesa Asam Amino, Vit B & K, 3) Tempat utama mencerna neutral detergen fiber (NDF), 4) asam laktat dari lambung dengan adanya Veilonella gazagones akan dirubah menjadi  VFA.
Produksi dan proses pencernaan fermentatif di usus besar tidak semuanya dapat dimanfaatkan karena posisi yang dibelakang setelah usus halus kecil, sehigga hanya sekitar 25% hasil fermentatif di usus besar yang dapat diserap kembali ke usus kecil atau dimanfaatkan oleh tubuh. Sedangkan rektum merupakan tempat utama penyerapan air kembali. Proses pencernaan dari mulut sampai terbuang sebagai feses dari 95 % pakan yang dikonsumsi membutuhkan waktu 65-75 jam.

Gambar 7. Isi usus besar kuda jantan
·      Asesoris : Hati
Menurut Dellman (1971) hati (hepar) dianggap kelenjar yang paling besar dalam tubuh hewan dan memiliki fungsi banyak. Pada tahap kehidupan awal (intra uterin) hati berfungsi sebagai pembentuk benda-benda darah. Baru kemudian bangun hati disesuaikan dengan fungsinya sebagai kelenjar eksokrin dan mengatur metabolisme tubuh. Bahkan pendapat mutakhir mengatakan hati sebagai kelenjar endokrin, karena mampu mengadakan sintesa berbagai bahan yang selanjutnya dilepas kedalam aliran darh seperti halnya hormon.  Hati kuda jantan mempunyai  berat 1,5 kg, panjang hati kuda jantan 30 cm dan lingkar/lebar hati kuda jantan 19 cm. Deskripsi isi hati kuda jantan mempunyai bentuk yang normal, warna merah hati dan mempunyai tekstur halus.
Letak hati yang strategis diantara usus dan aliran darah umum, menyebabkan hati menerima darah portal, yang mengangkut zat makanan dari usus halus, kecuali lemak yang diangkat melalui pembuluh khil. Jadi lemak akan melalui duktus thorasikus masuk aliran darah venosus dekat jantung (Delmann, 41 ; Ham, 74). Bahan makanan yang telah diserap setelah sampai dihati diolah dan keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah umum. Sebagian bahan tersebut disimpan dlaam sel-sel tertentu dan selebihnya dipergunakan untuk metabolisme tubuh. Bersama makanan dapat pula terserap zat toksis yang setelah sampai dihati akan ditawar melalui oksidasi, hasil yang tidak berbahaya dibuang melalui empedu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
 Disetiap bagian dari pencernaan kuda berlangsung proses pemecahan makanan secara enzimatis atau alloenzimatis. Sistem pencernaan kuda terdiri dari mulut, kerongkongan (esophagus), lambung, usus halus (small intestine), usus buntu/sekum, rektum dan kloaka. Organ kuda yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuda jantan yang berumur 3,5 tahun, diperkirakan bobot badan 125 kg dan bobot total alat dan organ 28,8 kg.
Panjang kerongkongan (esophagus) kuda 62 cm, berat kerongkongan kuda 0,6 kg dan lingkar/lebar kerongkongan kuda 4,5 cm. Lambung kuda mempunyai berat 1 kg, panjang lambung kuda 38,5 cm dan lingkar/lebar lambung kuda 28 cm. Usus halus kuda mempunyai bobot 3,3 kg, panjang 11,33 kg dan lingkar/lebar usus halus kuda 6 cm. Caecum kuda mempunyai bobot 21,1 kg, panjang caecum 274 cm dan lingkar/lebar caecum 50,2 cm. Usus besar sampai anus kuda  mempunyai bobot 2,1 kg, panjang 165 cm dan lingkar/lebar 14,5 cm. Hati kuda mempunyai bobot 1,5 kg, panjang 30 cm dan lingkar/lebar hati kuda 19 cm.
5.2    Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.    Praktikum selanjutnya untuk dapat menggunakan ruang praktikum agar lebih efektif
b.    Praktikum hendaknya diadakan secara bergiliran dan pembagian kelompok yang sedikit anggotanya supaya penerimaan materi yang maksimal.
c.    Agar memudahkan praktikum, Dosen dapat menggunakan jasa Coordinator Asisten.




DAFTAR PUSTAKA

Chambliss, C. G. and E. L. Jhonson. 2002. Pastures and Forages Crops for Horses. In: C.G. Chambliss (Ed.). Florida Forage Handbook. Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.
Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. Second edition. Prentice Hall Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
Cunha, T. J., 1991. Feeding and Nutrition Horse. 2nd Edition. Academic Press Inc. San Diego. California.
Gibbs, P. G. and K. E. Davison. 1992. Nutritional Management of Pregnant and Lactating Mares. Texas Agricultural Extension Service. Bull. No. 5025. Texas A&M University, College Station.
Guay, K. A., H. A. Brady, V. G. Allen, K. R. Pond, D. B Wester, L. A. Janecka and N. L. Heningger. 2002. Matua Bromegrass Hay for Mares In Gestation and Lactation. J. Anim. Sci. 80: 2960 – 2966
Hamer. D. 1993. Understanding Fitnes and Training. Ward Lock. London
Hamer. D. 1993. Care of the Stable Horse. B.T. Batsford Ltd. London
Kacker, R, Panwar B. 1996. Textbook of Equine Husbandry. Vikas publishing House. New Delhi
Kidd, J. 1985. International Encyclopedia of Horse Breed. HPBooks Inc. London
Komar, A. 1984. Teknologi pengolahan Pengolahan Jerami sebagai bahan Makanan Ternak. Bandung: Dian Grahita
McBane. S. 1994. Modern Stable Management. Ward Lock. London
Parakkasi, A. 1988. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik Vol IB. UI Press.
Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius: Yogyakarta.
Soeharjono. O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equistian Centre. Jakarta
Syefrizal. 2008. Perawatan Kudahttp://duniakuda.blogspot.com





Tidak ada komentar:

Posting Komentar